Berbahagialah Mereka Yang Tidak Melihat, Namun Percaya

 


Efesus 2:19-22

“Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29). Kata-kata ini dapat saja terdengar seperti teguran Yesus kepada Tomas. Akan tetapi barangkali juga kata-kata itu merupakan sebuah berkat bagi kita yang hidup pada zaman sekarang, 2.000 tahun setelah peristiwa aktual itu terjadi. Berbahagialah mereka yang tidak melihat Yesus secara aktual, namun tetap percaya kepada-Nya. Yesus sendiri yang mengucapkan kata-kata ini sebagai berkat bagi kita, untuk mendorong serta menyemangati iman kita kepada-Nya. Melalui Roh Kudus-Nya, Yesus telah memperlengkapi kita dengan iman-kepercayaan yang kita butuhkan, dan berkat-Nya memanggil kita untuk mempraktekkan iman itu, untuk percaya tanpa melihat sendiri. Yesus memanggil kita kita untuk menaruh iman kita dalam penebusan yang telah dimenangkan oleh-Nya bagi kita pada saat Dia mencurahkan darah-Nya dari atas kayu salib.

 

Allah dapat melakukan begitu banyak hal dengan diri kita, hanya apabila kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya. Hal itu berarti melakukan apa yang justru tidak dilakukan oleh Tomas – menyerahkan intelek kita kepada kebenaran yang dinyatakan Allah, bagaimana pun dan apa pun bentuk pernyataan yang akan dipilih-Nya. Tomas kelihatannya sudah begitu terbiasa melihat Yesus bekerja dan ia tidak merasa nyaman untuk percaya kepada Yesus bilamana dia tidak dapat melihat-Nya sendiri. Kita juga terbiasa untuk bergerak atas dasar apa yang dapat kita lihat. Ingatkah kita ungkapan dalam bahasa Inggris: “seeing is believing”? Kita pun suka melihat hal-hal yang “masuk akal” saja, bukan? Namun demikian, apabila kita mau menaruh kepercayaan (trust) pada Yesus dan percaya (believe) pada sabda-Nya, bahkan ketika kita tidak memahaminya, kita pun akan mengalami pembebasan yang membahagiakan pembebasan dari dosa. Kita pun akan mengenal dan mengalami penghiburan dari Bapa surgawi. Demikian pula kita akan menyaksikan munculnya rekonsiliasi antara individu-individu, bahkan sampai kepada rekonsiliasi antara bangsa-bangsa.

    

        Santa Teresa dari Avila [1515-1582] pernah berdoa: “Dalam keagungan-Mu Engkau mencari segala macam cara dan sarana untuk menunjukkan kepada kami kasih-Mu bagi kami; namun kami memandang rendah itu semua, karena kami tidak mempunyai pengalaman dalam mengasihi-Mu. Melalui ketiadaan praktek itu pikiran-pikiran kami mengikuti pola yang biasa, dan kami tidak peduli untuk merenungkan misteri-misteri besar yang dapat ditemukan dalam cara Roh Kudus berbicara kepada kami. Apa lagi yang dapat dilakukan-Nya untuk menyalakan kasih kami kepada-Nya?”

Dengan antisipasi yang besar, marilah kita menerima cara-cara yang dipilih Allah untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Marilah kita menyerahkan hidup kita kepada-Nya, karena kita sekarang sudah tahu bahwa tidak ada yang lebih besar dan agung daripada menerima kasih-Nya.

            Seberapa banyak diantara kita yang saat ini hidup berdasarkan apa yang kita lihat saja, tetapi Allah berada di zona yang tidak kelihatan, yang mana manusia sangat susah untuk mengerti apalagi memahami apa yang tidak kelihatan itu. Padahal kenyataannya hal yang tidak kelihatan itu jauh lebih besar dari apa yang kita lihat. Kita berkata saya ingin berjalan bersama Yesus, tapi seringkali kita mempunyai jalan keputusannya sendiri. Apabila kita berjalan dengan Kristus, sudah barang tentu kita berjalan di dalam iman. Taruhlah Kristus bukan hanya dilibatkan saja dalam hidupmu, tetapi lebih dari sekedar dilibatkan, yakni berkuasa penuh atas hidup kita. Amin

Koordinator Bidang Ibadah - Bp. Timotius Arie P

Komentar

Postingan Populer